Om Swastyastu,
Bila kehidupan ini kita andaikan sebagai sebuah
medan perang, maka kita harus mengetahui siapakah musuh terberat kita, sehingga
kita selalu bisa memenangkan pertarungan hidup. Bisa meraih sukses mencapai semua
target hidup yang kita canangkan.
Menurut Agama Hindu musuh yang paling berat adalah
ada di dalam diri manusia. Tidak mengherankan bila para bijaksana (vipra)
mengatakan bahwa, Kalahkanlah terlebih dahulu musuh dalam dirimu sendiri,
maka akan sangat mudah bagimu untuk mengalahkan musuh di luar dirimu.
Bila musuh ini kita anggap sebagai
individu/personal, siapakah musuh-musuh kita…? Ada banyak musuh dalam diri
manusia, dalam hal ini kita membahas Dasa Mala; sepuluh keburukan dalam diri
manusia. Sumbernya adalah kitab Upanishad.
DASA MALA. Dasa artinya sepuluh; mala artinya keburukan.
Jadi dasa mala adalah sepuluh keburukan.
Menurut Upanisad, dasa mala adalah sepuluh
sifat-sifat manusia yang buruk dan yang patut dihindari dalam upaya menumbuh
kembangkan kesucian dan keluhuran budi, yaitu:
|
DASAMALA
1
|
Tandri
|
Malas
|
2
|
Kleda
|
Suka menunda-nunda
|
3
|
Teja
|
pikiran gelap
|
4
|
Kulina
|
sombong,suka menghina/ menyakiti hati orang
|
5
|
Kuhaka
|
Keras kepala
|
6
|
Metraya
|
sombong dan berbohong/ melebih-lebihkan
|
7
|
Megata
|
Kejam
|
8
|
Ragastri
|
Suka berzina
|
9
|
bhaksa
bhuwana
|
Suka membuat orang lain melarat
|
10
|
Kimburu
|
senang menipu
|
MALAS:
Setiap orang dari kita tidak suka melihat orang
pemalas, apalagi mereka adalah bagian dari anggota team kita, sang pemalas
tidak disukai keberadaannya. Sang pemalas tidak mampu mengoptimalisasikan
potensi dirinya, demikian pula, sang pemalas pada akhirnya akan menjadi beban
bagi anggota team lainnya. Bila kita tidak suka dengan si pemalas, maka sudah
sepatutnya kita tidak membiarkan diri kita menjadi pemalas. Malas adalah bagian
dari diri manusia yang tidak bisa dihilangkan, tapi dia bisa dikendalikan bila
kita sungguh-sungguh berusaha. Target hidup tidak akan bisa dicapai maksimal
oleh si pemalas.
SUKA MENUNDA-NUNDA
Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan misalnya adalah
memperlambat pencapaian target hidup yang kita rencanakan. Tentu seorang
partner kerja yang suka menunda-nunda penyelesaian pekerjaanya akan
mempengaruhi efektivitas sebuah team. Apalagi kita membutuhkan data atau
laporan yang sifatnya urgent, wah si penunda-nunda pekerjaan akan sangat tidak
disukai keberadaannya. Tentu dalam hal ini kita juga tidak membiarkan diri kita
tidak disukai orang lain bukan…?
PIKIRAN GELAP.
Pikiran gelap artinya kita tidak bisa menemukan
titik terang, dalam hal ini tentu pula kita tidak bisa memilah dan memilih
sesuatu. Tidak bisa memutuskan sesuatu. Sementara kehidupan ini tidak bisa
dihindari dari kegiatan mengambil keputusan, walau sekecil apapun. Dalam
kondisi pikiran yang gelap kita tidak bisa memberikan solusi terbaik dari suatu
persoalan atau issue dalam hidup ini. Pikiran gelap seringkali memberikan
output negatif yang justru merugikan diri sendiri, keluarga maupun orang lain.
Oleh karenanya berusalah selalu mengendalikan pikiran itu sehingga jangan
sampai terbawa ke pikiran Gelap. Terangilah pikiranmu dengan ajaran-ajaran
suci, mutiara-mutiara Veda, filsafat Dharma.
SOMBONG, SUKA MENGHINA DAN MENYAKITI ORANG LAIN.
Tidak ada yang suka dengan orang yang sombong,
apalagi dia sampai menghina dan menyakiti orang lain. Jadi sudah sangat wajar
bila kita tidak membiarkan diri kita dihanyutkan oleh kesombongan, tanpa kita
sadari bila kita tidak waspada kesembongan akan selalu menyusup ke dalam diri
kita. Oleh karenanya rajin-rajinlah mengendalikan diri untuk bisa menguasai
kesombongan ini. Sadarilah bahwa manusia itu semua memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing sehingga di Bali manusia disebut Jeleme/Jadma
(Jele/jelek = Buruk, Me=Melah=Baik), kebaikan dan keburukan hadir pada
setiap diri orang.
KERAS KEPALA
Teguh pada pendirian itu baik, tapi bukan untuk
hal-hal negatif. Dalam pergaulan sering kita dengarkan ungkapan “sudah
salah ngeyel lagi..”. Hal ini mengindikasikan orang yang kesal pada kawannya
yang keras kepala padahal dia telah terbukti salah. Nah oleh karenanya
saudaraku berusahalah untuk selalu logis, bila kita tahu bahwa kita dalam
posisi yang salah janganlah menuruti ego untuk menjadi keras kepala, karena hal
itu tidak akan meningkatkan kwalitas diri anda, malah sebaliknya.
BERBOHONG DAN MELEBIH-LEBIHKAN
Kadang tanpa disadari seringkali orang
melebih-lebihkan sesuatu mungkin dengan tujuan untuk menghidupkan suasana
atau agar tampak lebih menarik apa yang sedang diungkapkan, tapi sadarilah
wahai kawanku, bahwa mengatakan sesusatu lebih atau kurang dari apa adanya
adalah sebuah kebohongan, dan itu akan memberikan info yang kurang baik.
Serombongan tentara diberikan tugas pada suatu
daerah konflik di nusantara. Di dalam rombongan itu ada anggota yang bernama
Putu Simpen dan Wayan Simpen. Ternyata dalam tugasnya ada anggota yang gugur,
beliau adalah Wayan Simpen. Berita datang ke asrama tempat para istri dan
keluarga tentara tinggal, berita yang sampai bahwa yang meninggal adalah Pak
Simpen. Orang pertama yang mendengar adalah istri dari Pak Putu Simpen. Tentu
saja beliau langsung shock dan pingsan berhari-hari. Satu keluarga
berkabung. Setelah siuman sang istri berkeinginan untuk menjemput jasad sang
suami, tapi ternyata setelah dikonfirmasi yang meninggal adalah Pak Wayan
Simpen. Saudaraku, kejadian ini hanya satu dari sekian banyak kejadian karena
miss information, bayangkan seandainya mental sang istri lemah, bisa
mengakibatkan kehilangan nyawa. Jadi berusahalah selalu untuk memberikan
informasi apa adanya, jangan melebih-lebihkan pun jangan menguranginya.
KEJAM
Saya yakin tidak ada satupun orang suka
diperlakukan secara kejam. Kejam disini bukan hanya melalui tindakan, juga
melalui perkataan dan berfikir berlaku kejam. Semua tindakan kejam, perkataan
kejam, pikiran kejam hanya akan membawa penderitaan pada mahluk lain.
Sudah sangat jelas, tidak ada baiknya memelihara pikiran, perkataan atau
tindakan kejam.
SUKA BERJINA
Kalo mau jujur, bisa saya katakan semua orang dari
kita tidak ada yang mau diduakan. Berjina adalah prilaku orang yang tidak bisa
mengontrol nafsu sexnya. Tidak puas dengan pasangannya yang sah. Saya teringat
dengan teman saya Jack, mengatakan: “Berjina itu hitungan duniawinya aja sudah
rugi apalagi di akhiratnya”, Kenapa..?. Sebelum sampai pada berjina tentu
melalui proses pendekatan, nah ini butuh BT (biaya tinggi). Kemudian kalo sial
berjinah dengan orang yang kena penyakit, kalo sial lagi berjinah kepergok
orang sekampung bisa digebukin, mesti berbohong sama keluarga dan sama
perempuan yang diajak berjina, kalo sial si perempuan hamil maka bencana
muncul, sang anak juga lahir dari proses yang tidak benar, akibatnya yang lahir
bukan suputra, dan masih banyak lagi kerugian yang lain, demikian katanya,
apalagi hitungan sorgawinya wow… tidak ada satu agamapun yang mentoleransi hal
ini.
SUKA MEMBUAT ORANG LAIN MELARAT
Siapa sih yang suka melarat, semua orang ingin
makmur. Tapi cara mencapai kemakmuran pribadi jangan sampai mengorbankan orang
lain jadi melarat. Kemelaratan adalah situasi yang tidak diinginkan semua
orang. Tentu anda-anda juga tidak ingin melarat bukan…? so pantaskah kita
melakukannya pada orang lain..? Anda tahu jawabannya.
SUKA MENIPU
Suka menipu artinya gemar melakukan aksi tipu-tipu
pada setiap kesempatan yang muncul, atau bahkan mungkin menciptakan kesempatan
sendiri untuk menipu. Menipu jelas membuat pihak yang ditipu tertimpa kerugian,
hal ini jelas tidak mengenakkan di hati, membuat orang yang ditipu sedih,
kesel, sehingga tidak jarang pihak yang ditipu sampai marah, mengumpat dan
mendoakan yang jelek-jelek pada yang si penipu. Bagi penipu karena dia tahu
bahwa dirinya penipu jelas merasa tidak tenang kalo-kalo nanti kedok
penipuannya terbongkar. Kita masih ingat dengan tragedi di tanah air kita,
penipuan bank, penipuan investasi, penipuan produk makanan, dll. Telah demikian
banyak orang yang menjadi korban. Kita harus terus waspada dengan model-model
penipuan pun kita harus inget dan waspada pada sifat suka menipu ini yang bisa
menyerang kita kapanpun dimanapun kita berada.
Om Santi Santi Santi
0 komentar:
Posting Komentar